Pelukan Terakhir di Jalan Km 18 : Ibu Dan Bayi Tewas Ditabrak Truk, Ayah Luka-luka

IMG_20250609_164402

FOTO : Korban Ibu dan Bayinya ditutupi kain, usai mengalami kecelakaan maut di Km 18 Katingan.

KASONGAN – Pagi itu seharusnya biasa saja. Sebuah keluarga kecil melaju dengan sepeda motor di Jalan Trans Kalimantan Km 18, Desa Hampalit, Kecamatan Katingan Hilir. Namun takdir berkata lain, karena perjalanan mereka berakhir dalam tragedi yang mengoyak hati siapa pun yang mendengarnya.

Seorang ibu dan bayinya meninggal dunia di tempat, setelah sepeda motor yang mereka tumpangi ditabrak truk kontainer dari belakang. Sang ayah yang mengendarai motor selamat, meski mengalami luka-luka. Kecelakaan terjadi sekitar pukul 07.30 WIB.

Berdasarkan informasi dari lapangan, motor melambat saat melintasi genangan air di jalan yang berlubang. Dari arah belakang, truk kontainer datang dan menabrak tanpa sempat mengerem.

Korban langsung dilarikan ke RSUD Mas Amsyar Kasongan oleh tim relawan Alhuda Tim (AHT). Sayangnya, nyawa sang ibu dan anak tak tertolong. Pelukan terakhir mereka terhenti di aspal basah yang menjadi saksi bisu kecelakaan itu.

Kasatlantas Polres Katingan, Iptu Juwito, membenarkan peristiwa ini. “Iya, benar. Ibu dan bayinya meninggal dunia di TKP. Suaminya selamat namun mengalami luka. Saat ini kami masih melakukan olah TKP,” ucapnya.

Tragedi ini menambah panjang daftar kecelakaan yang terjadi di titik jalan nasional Km 18, jalur vital lintas provinsi yang sudah lama rusak. Genangan air, lubang besar, dan lalu lintas kendaraan berat menjadikan jalan tersebut sebagai zona rawan maut.

Warga sekitar menyebut lokasi ini sebagai “jalan kematian.” Bukan tanpa sebab, karena sudah lebih dari sekali nyawa melayang di sini karena buruknya infrastruktur.

“Kami capek ngomong. Sudah lama rusak, sudah banyak korban. Tapi belum juga ada perbaikan serius,” keluh seorang warga setempat yang turut membantu proses evakuasi pagi tadi.

Kini, satu keluarga terpisah selamanya karena jalan yang tak pernah dibenahi. Tragis, dan seharusnya tak perlu terjadi. (ARS)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *